RSS
Write some words about you and your blog here

Pages

Makalah tentang Seksualitas

Oleh :
Hetty juliani (12-015)
Dara permata sari (12-019)
Mawaddah rahmah (12-095)
Hillary pakpahan (12-097)

Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Sejak dahulu, seksualitas  merupakan hal yang masih dianggap tabu untuk dibahas. Walaupun kemudian kita tahu bahwa seksualitas di zaman sekarang akan selalu diidentikkan dengan pergaulan bebas, pada dasarnya tidak semua orang memiliki pemahan yang baik seputar seksualitas, bahkan mungkin hanya segelintir orang saja dari sekian banyak orang di dunia ini. Padahal sama halnya dengan masalah-masalah lain dalam hidup ini, kunci pemecahannya adalah dengan memahami hakikat masalah itu sendiri. Nah, poin penting ini juga berlaku bagi seksualitas, yaitu penting sekali bagi kita untuk memahami seputas seksualitas agar dapat menyelesaikan masalah berkenaan dengan seksualitas itu sendiri. Konsep seksualitas seseorang dipengaruhi oleh banyak aspek dalam kehidupan, baik aspek biologis maupun psikologis.
Tentu saja, kita tidak memerlukan seks sama seperti kita membutuhkan makanan, minuman dan tempat tinggal demi keberlangsungan hidup. Namun demikian, kita tetap membutuhkannya sebagai syarat mutlak untuk meneruskan keturunan. Dalam makalah ini kita akan mengupas seputar seksualitas dari sisi psikologis dan biologis.

1.2     Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah
          Tujuan utama dituliskannya makalah ini adalah sebagai hasil atas tugas yang diberikan pada Mata Kuliah Psikologi Umum II agar memperoleh nilai yang memuaskan. Namun selain karena tujuan ini, kami juga mengharapkan ada manfaat yang diperoleh, yaitu :
·      Penulis dan pembaca dapat lebih memahami materi tentang Seksualitas
·      Pembaca dapat mengetahui pentingnya mempelajari tentang Seksualitas, khususnya dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang mungkin terjadi
·      Penulis dan pembaca mulai dapat menerima bahwa Seksualitas penting untuk dipahami oleh mahasiswa Fakultas Psikologi, bukan lagi hal yang tabu untuk dipelajari


BAB II
PEMBAHASAN

2.1         MOTIVASI, HORMON DAN POLA PERILAKU SEKSUAL

2.1.1        Motivasi Seksual
Persamaan Motivasi Seksual dengan Motif Primer lainnya
a.    Kontrol hipotalamus (Hypotalamic control)
Jika fungsi pengoperasian hipotalamus, perilaku seksual tidak akan dimulai walaupun ada rangsangan seksual provokatif.
b.   Peran rangsangan eksternal (Role of external stimuli)
Rangsangan eksternal memainkan peran yang sangat penting dalam membangkitkan motif seksual.Orang yang awalnya tidak terangsang secara seksual, baik pria atau wanita, sering akan terangsang oleh pasangan yang menggoda atau fantasi romantis yang dihadirkan.
Salah satu aspek dari peran rangsangan eksternaltelah disebut Efek Coolidge. Setelah hubungan seksual, hewan spesies laki-laki  akan melakukan hubungan intim lagi dengan perempuan reseptif yang sama sesaat setelah periode refrakter telah berlalu. Berman, misalnya, menemukan bahwa ram (domba jantan) akan berhubungan seks rata-rata lima kali dengan betina yang sama (domba betina) sebelum seakan kehilangan rangsangan. Namun, jika domba betina reseptif yang berbeda diperkenalkan setelah setiap kawin, jantan akan kawin lebih dari tiga kali sebelum kehilangan rangsangan seksual, dan akan mencapai orgasme lebih cepat daripada dengan domba betina yang sama
c.    Peran belajar (Role of learning)
Kita telah melihat bahwa belajar dapat memainkan peran yang kuat dalam membentuk motif utama. Keragaman yang sangat besar dalam perilaku seksual dari setiap anggota masyarakatdalam sejarah semakinmenunjukkan adanya peran pembelajaran terhadap seksualitas. Di Amerika Utara hari ini, misalnya, banyak orang menganggap rangsangan oral dari alat kelamin untuk menjadi bagian alami dan penuh kasih repertoar seksual pasangan, sedangkan sebagian laiinya menganggap itu sebagai sebuah "kejahatan terhadap resiko alam".

d.   Peran emosional (Role of emotions)
Motivasi seksual sebagian besar dipengaruhi oleh emosi kita. Misalnya karena stres, kecemasan, depresi disertai dengan gairah otonom peningkatan simpatik, dan karena gairah seksual dimediasi oleh gairah parasimpatis yang bertentangan dengan kegiatan simpatik-emosi-emosi ini umumnya mengakibatkan penurunan motivasi seksual-.

Perbedaan Motivasi Seksual dari Motif Primer lainnya
a. Nilai kelangsungan hidup (Survival value)
Kita harus memenuhi motif utama dari rasa lapar, haus, kebutuhan kehangatan, dan sebagainya untuk bertahan hidup sebagai individu dan secara bersama untuk bertahan hidup sebagai suatu spesies. Meskipun kepuasan motif seksual sangat penting untuk kelangsungan hidup spesies, tetapi itu tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup individu.
b. Peningkatan dan penurunan gairah (Increases and decrease in arousal)Manusia jelas termotivasi untuk meningkatkan dan menurunkan gairah seksual mereka. Perilaku intim yang kita terlibat dalam untuk memulai fase rangsangan dari siklus respon seksual ("foreplay") jelas meningkatkan gairah.

c. Peran kehilangan(Role of deprivation)
Jika kita terbiasa dengan kehidupan seks yang teratur, jeda yang terlalu lama akanmenyebabkan peningkatan dalam minat seksual. Tapi motivasi seksual jauh lebih terkait dengan kehilangan dari motif utama lainnya. Kecuali selama periode refraktori, manusia rentan terhadap rangsangan syur dan situasi di hampir setiap saat.
d. Penurunan energi (Decrease in energy)
Jika motif utama lainnya menyebabkan meningkatnya energi tubuh dan kebutuhan tubuh lainnya, sebaliknya, hasil perilaku seksual menyebabkan penurunan secara tajam terhadap energi.

2.1.2  Hormon dan Perilaku Seksual
Hormon-hormon seks adalah senyawa kimia yang kuat yang dikendalikan oleh kelenjar utama di otak, yaitu kelenjar pituitari. Dua kelompok hormone seks adalah hormon estrogen dan androgen. Hormon estrogen adalah kelompok hormon seks yang mendominasi dalam wanita dan diproduksi terutama oleh ovarium. Hormone androgen adalah kelompok hormon yang mendominasi dalam diri pria, diproduksi oleh testis dan kelenjar adrenal yang ada pada pria, ataupun wanita. Testosterone adalah hormone androgen. Estrogen dan androgen ini dapat mempengaruhi motivasi seksual di kedua jenis kelamin.
Laki-laki akan terlibat dalam hubungan seksual hanya selama musim tahunan atau dua tahunan ketika mereka memproduksi sperma. Sementara itu, wanita cenderung memiliki minat seksual yang lebih besar ketika mereka berovulasi dan mampu menjadi hamil. Menariknya, wanita tidak menunjukkan preferensi ini untuk laki-laki jantan ketika mereka menilai laki-laki sebagai mitra mental yang potensial, hanya sebagai pasangan seks potensial. mungkin untuk alasan ini, perempuan lebih mungkin untuk tertarik secara seksual kepada orang lain selain pasangan mereka ketika mereka sedang berovulasi.

2.1.3 Pola Perilaku Seksual
Survey nasional berskala utama tentang perilaku seksual dilaksanakan oleh Universitas Chicago yang dilakukan untuk mempelajari siapa yang berhubungan seks, apa yang dilakukan dan seberapa sering mereka melakukannya untuk memungkinkan pakar memprediksikan seberapa cepat dan seberapa jauh  epidemik AIFS itu menyebar.  Apa yang dipelajari juga akan membantu kita memahami seksualitas terbaik yang kita miliki.
Penelitian menunjukkan sebagian besar laki-laki dan perempuan Amerika yang berusia di atas 18 tahun  baik yang tidak memiliki pasangan seks atau yang hanya memiliki satu pasangan seks dalam 12 bulan terakhir. Sedikit sekali orang Amerika yang memiliki lebih dari satu pasangan seks dalam rentang satu tahun dan sebagian mereka memiliki lebih dari satu pasangan seks hanya karena satu hubungan berakhir dan yang lain dimulai selama 12 bulan terakhir. Hanya 5 persen dari laki-laki dan 2 persen perempuan yang memiliki lima pasangan seks atau lebih dalam tahun terakhir. Dikalangan yang sudah menikah, 95 persen tidak memiliki pasangan seks kecuali  pasangannya sendiri di tahun lalu. Dalam hal ini kurang lebih 85 persen wanita yang sudah menikah dan 75 persen dari laki-laki yang sudah menikah padat penah berhubungan seks dengan orang lain selain dari pasangannya sendiri, sementara mereka menikah. Orang Amerika kurang memilih-milih dibandingkan dengan apa yang sering kita pikirkan.
Sebagian perempuan dan laki-laki dewasa  berhubungan seks dengan pasangannya kurang dari sekali seminggu. Sedikitnya lebih dari seperempat dari kita berhubungan seks dua hingga tiga kali seminggu, dengan kurang dari 10 persen dari orang Amerika berhubungan seks empat kali atau lebih dalam seminggu. Yang lebih mengejutkan lagi, diketahui bahwa banyak orang yang berkomitmen dalam hubungan  memiliki hubungan seks dengan lebih dari satu orang.
Ketika orang Amerika Utara yang heteroseksual berhubungan seks dengan pasangannya, maka hubungan persetubuhan vagina merupakan hal yang lebih disukai, tetapi secara pasti bukan hanya praktek seksual saja yang dinikmati. Kurang lebih 95 persen dari wanita dan laki-laki melaporkan bahwa hubungan vagina  lebih menarik. Hampir  dua pertiga dari wanita berusia 18 – 44 tahun  menerima seks oral sebagai hal yang menarik dan lebih dari separuhnya menikmati oral seks. Kedua  persentase ini lebih rendah untuk  wanita yang berusia di atas 44 tahun. Lebih dari 75 persen laki-laki berusia 18 – 44 tahun  pernah melakukan seks oral sebagai seks yang menarik bagi dia. Demikian juga kedua persentase ini lebih rendah untuk laki-laki paruh baya dan laki-laki lanjut usia. Relatif sedikit laki-laki dan wanita (kurang dari 15 persen) menemukan kenikmatan seks anal. Praktek seksual kita sesuai dengan selera kita : terakhir kali mereka berhubungan seks, 95 persen dari laki-laki dan wantia mengatakan mereka melakukan hubungan persetubuhan vaginal, kurang lebih 25 persen melakukan oral seks, dan persentase yang sama juga melakukan seks oral. Hanya 1 persen wanita dan 2 persen laki-laki yang mengatakan bahwa seks anal adalah bagian dari perilaku seksual mereka yang terakhir.
Survey seks di Universitas Chicago menemukan sedikit sekali perbedaan dalam perilaku seksual pada tingkat pendidikan, afiliasi agama, atau kelompok etnis. Laki-laki dan wanita kulit putih dilaporkan memiliki frekuensi seks yang tinggi tetapi hanya perbedaan etnis yang terkait dengan usia ketika melakukan hubungan seks pertama kali. Laki-laki Amerika Afrika melaporkan usia rata-rata  ketika melakukan hubungan seks pertama kali adalah pada usia 15,5 tahun. Sebaliknya, semua laki-laki dan wanita  melaporkan melakukan hubungan seks pertma pada usia 17 tahun. Terdapat sedikit perbedaan sosial budaya dalam periolakus eksual diobandingkan dengan apa yang diharapkan.
Di antara orang dewasa berusia 18 – 59 tahun, 95 persen laki-laki dan 71 persen wanita mengatakan bahwa mereka biasanya atau selalu orgasme ketika mereka berhubungan seks dengan pasangannya. Kurang lebih 90 persen orang yang melakukan hubungan itu mengatakan bahwa mereka mendapatkan kenyamanan fisik yang lebih besar, dan kurang lebih 85 persen  mengatakan bahwa mereka mendapatkan kepuasan emosional. Tidak mengherankan, kehidupan seks yang bahagia berhubungan erat dengan kebahagiaan secara umum. Dalam survey seks di Universitas Chicago  hampir setiap orang memiliki kebahagiaan umum yang juga bahagia dengan kehidupan seks mereka –hampir semua dari mereka memiliki hubungan monogami–. Juga tidak mengejutkan bahwa ada temuan di mana orang yang bahagia memiliki seks yang lebih dari pada orang yang tidak bahagia.  Di dalam survey seks Universitas Chicago  72  persen dari mereka mengatakan bahwa mereka sangat bahagia dengan kehidupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka melakukan hubungan seks sekali seminggu atau lebih. Sebaliknya, hanya 27 persen orang yang tidak bahagia berhubungan seks setidaknya sekali seminggu.


2.2     PERILAKU SEKSUAL ATYPICAL DAN PERILAKU SEKSUAL ABNORMAL

Manusia berbeda dalam hasrat dan praktek seksualnya. Dalam bagian berikut, kita akan melihat beberapa perilaku seksual yang menyimpang atau tidak lazim.  Dalam bagian pertama, pola seksualitas  yang tidak normal ini dijelaskan yang dianggap abnormal hanya jika individu yang terlibat dalam praktek-praktek seksual menganggap mereka tidak normal untuk diri mereka sendiri. Dalam bagian berikut, kita akan menguji pola seksualitas yang biasanya dianggap tidak normal (fetishism , sexual sadism, dan masochism) atau juga selalu dianggap tidak normal (voyeurism, exhibitionism dan  forced sex).
2.2.1    Transvestism dan Transsexualism
Dua pola seksualitas yang lebih unggul ini seringkali membingungkan karena mereka melibatkan berpakaian dengan pakaian seks lainnya. Tetapi mereka memiliki sedikit kesamaan yanglain bahwa ini  tidak akan membahayakan bagi siapapunTransvestism (banci) seringkali mengacu padaberpakaiandengan pakaiandari jenis kelamin lain. Transvestismsering menyatakan bahwa mereka berganti pakaian karena secara seksual akan merangsang tetapi sebagian diantara mereka menyatakan bahwa berganti pakaian membebaskan mereka dari stereotipe seksual. Transvestismselalu  merupakan laki-laki yang relatif  mengalami penyesuaian dengan kehidupan seksualnya.
Transeksualism pada sisi lain mengacu kepada kondisi dimana seseorang merasa terperangkap dalam tubuh seks yang salah. Misalnya, seseorang yang secara anatomi laki-laki merasa bahwa dia sesungguhnya adalah wanita yang telah diberi tubuh yang salah. Transeksual ini tentu kadangkala  atausecara permanen berpakaian dengan pakaian  jenis kelamin lainnya,tetapi pakaian seperti ini tidak berkaitan dengan gairah seksual.  Individual ini merasa bahwa mereka berpakaian dengan pakaian jenis kelamin yang sesuai atau sudah benar.Dalam beberapa keadan, individu ini akan mengalami suntikan hormon dan juga bedah plastik untuk merubah organ seks mereka dengan seks yang diharapkan.  Contoh dari dokter Richard Raskin yang tahun 1975 mengalami operasi pertukaran seksual karena dia merasa seperti seorang wanita yang terjebak di dalam tubuh seorang laki-laki. Setelah operasi, dia mengambil nama Renee Richards dan menjadi pemain tenis perempuan profesional. Perubahan jenis kelamin dari laki-laki ke perempuan  dalam sebuah operasi adalah hal yang lebih umum dibandingkan dengan yang sebaliknya, kemungkinan karena secara bedah penis yang ada dapat dikurangi dari pada pembedahan vagina yang sudah terbentuk.
Klinik penggantian jenis kelamin di Johns Hopkins Medical Center menghentikan operasi penggantian jenis kelamin selama 1970-an karena studi lanjutan memperlihatkan bahwa pasien mereka tidak merasa bahagia dengan kehidupan mereka setelah pembedahan dibandingkandengan sebelumnya. Penelitian lanjutandari pasien dari pusat lainnya memperlihatkan bahwa pasien umumnya bahagia dengan tubuh baru mereka bila dipilih dengan tepat untuk pembedahan dan mengkonsultasikan apa yang diharapkan dari operasi itu.
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa tranvestism dan transsexualism normal pada keadaan kebanyakan tetapi praktek ini dapat dikatakan abnormal ketika prilaku ini sudah membahayakan baik untuk diri si pelaku sendiri dan orang lain.
2.2.2    Fetishism
Fetishismmengacu padafakta bahwabeberapa individuyangterutama terangsang olehbenda-benda fisiktertentu atau jenisbahan(seperti kulit ataurenda). Pada beberapa kasus, fetish hanya merupakan orang-orang yang memiliki ketertarikan normal secara berlebihan terhadap bagian-bagian tubuh yang spesifik. Misalnya, beberapa orang yang hanya digairahkan oleh payudara, bokong, mata biru dsb. Tetapi istilah fetish umumnya untuk kasusyang melibatkan benda-benda mati, seperti celana, sepatu atau stocking. Seorang fetish dikatakan abnormal jika mengganggu penyesuaian seksual dari orang tersebut atau dari pasangannya. Seringkali, fetihist (umumnya laki-laki) digairahkan hanya oleh benda yang digunakan dan secara seksual digairahkan oleh tindakan pencurian dari wanita yang tidak diketahui.Karena ini bisamenakutkan bagikorbandanberbahaya dan ilegal, fetihsism yang dianggap tidak normal ketika dipraktekkan dalam cara seperti ini.

2.2.3    Sexual Sadism dan Masochism
Sexual sadism adalah praktek menerima kenikmatan seksual dengan memberikan atau menimbulkan beban rasa sakit pada orang lain. Masochism adalah kondisi di mana penerimaan rasa sakit adalah sesuatu yang menggairahkansecara seksual. Kadangkala pelecehan verbal adalah substitusi untuk rasa sakit fisik. Hampir 5 – 10 persen dari laki-laki dan wanita menemukan adanya pemberian atau menerima rasa sakit sebagai hal yang menggairahkan secara seksual tapi ini merupakan metode yang disukai oleh sangat sedikit orang. Banyak individu yang mempraktekkan sadism dan masochism, atau S&M, yang dilakukan dengan berbagai pasangan yang selalu menikmati praktek dan mereka tidak mengabaikan rasa sakit yang lebih parah, misalnya tamparan ringan, mencubit dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, sexual sadism dan masochism mungkin dianggap normal jika perawatan dilakukan untuk menghindari rasa sakit berlebihan karena kecelakaan dan partner benar-benar bersedia dan mau untuk melakukan praktek tersebut. Praktek sadism dam masochism dikatakan abnormal ketika melibatkan partner yang dipaksa dan tidak menginginkan kegiatan tersebut dan menyebabkan rasa sakit yang intense. Ada juga dalam kasus yang pernah terjadi namun jarang, dimana pelaku sadism membunuh bahkan memutilasi korbannya untuk mendapat kesenangan.

2.2.4    Voyeurism dan ekshibisionism
Voyeurism adalah praktek mendapatkan kenikmatan seksual dengan melihat bagian-bagian tubuh lawan jenisnya atau terlibat dalam kegiatan seksual.  Voyeur atau kelainan seksual ini biasanya mendapatkan gairahnya hanya ketika seseorang yang melihat mereka tidak menyadari keberadaan mereka dan ketika ada unsure dari bahaya yang akan dilibatkan. Mereka tidak lebih terangsang daripada kebanyakan orang ketika berada di sebuah perkemahan yang di mana semua anggota perkemahannya telanjang, tetapi mereka menjadi sangat bersemangat ketika mengintip ke jendela (Tollison & Adams,1979). Karena mereka sering menakut-nakuti seseorang yang mereka lihat, dan karena aktivitas ini bersifat illegal, maka voyeurism ini dianggap sebagai sebuah kelainan yang tidak normal. Voyeur biasanya laki-laki heteroseksual yang mengalami gangguan dalam membangun hubungan seksual normal.Beberapa voyeurs melakukan pemerkosaan dan yang lainnya melakukan kejahatan serius tetapi tidak mengalami bahaya secara fisik.
Mereka yang mempraktekkan ekshibisionsim mendapatkan kenikmatan seksual dari memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain. Semua yang mengalami kelainan ini adalah laki-laki heteroseksual dan yang secara khusus menikah tetapi yang merasa malu dan mengalami hambatan kehidupanseksual. Mereka umumnya ingin membuat korbannya shock tetapi jarang membahayakan dengan cara lain. Karena perilaku ini illegal dan menakutkan, maka ekshibisionsim dianggap tidak normal.

2.2.5    Forced sex
Beberapa bentuk perilaku seksual yang menyimpang dianggap tidak normal karena mereka melibatkan ancaman atau mengandung paksaan bagikorbannya. Tindakan ini termasuk pemerkosaan, pelecehan seksual anak, perbuatan berzinah dan juga kekerasan seksual.
a.      Pemerkosaan
Dalam pemerkosaan, kekuatan atau pemaksaan orang lain untuk melakukan perbuatan seksual. Pada sebagian besar kasus, pemerkosa adalah laki-laki dan korbannya adalah perempuan – wanita diperkosa setiap 6 menit di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, 22 persen wanita dewasa dan 2 persen laki-laki dewasa terlibat dalam pemaksaan seksual setidaknya sejak usia 13 tahun. Persentase wanita yang diperkosa adalah sama pada setiap kelompok umur berbeda, kelompok etnis, tempat tinggal (kota, pinggiran atau pedesaan), tingkat pendidikan dan kelompok perkawinan. Ketika wanita diperkosa, selalu dilakukan oleh mereka yang telah dikenal (22 persen), seseorang yang jatuh cinta (46 persen) atau suami lain (9 persen).
Akibat pemerkosaan itu adalah trauma. Korban pemerkosaan tidak dapat secara variabel merasakan bahwa seluruh kehidupan mereka telah berubah akibat penyerangan. Banyak korban pemerkosaan mengalami gangguan mental,seringkali merujuk padasindrome trauma pemerkosaan, ditandai oleh perasaan kegelisahandan depresi termasuk gangguan tidur,  hubungan dan fungsi sehari-hari. Namun, sebagian mitos di dalam budaya Barat mengacu pada korban pemerkosaan. Mitos ini cenderung menempatkan tanggung jawab perkosaan pada korban sementara  menyatakan pelanggarnya bertanggung jawab  secara pribadi pada pemerkosaan.
Tidak ada profil psikologi untuk pelanggar seksual. Dalam hal ini, bila salah satu mencirikan pemerkosa adalah mereka bersifat heterogen dan tidak dapat ditandai oleh generalitas. Teori pemerkosaan juga telah menekankan bahwa mereka yang memperkosa didorong oleh hasrat agresif dan kebutuhan untuk berbagai dominasi oleh keinginan seksual. Beberapa pemerkosa akan memperkosa sejumlah wanita sebelum mereka  ditahan.
Korbannya seringkali ragu-ragu melaporkan pemerkosaan karena proses kesaksian terhadap pemerkosa seringkali tidak menyenangkan oleh pejabat yang meneliti dan para pembela atau kuasa hukum korban. Untuk alasan itu, banyak masyarakat yang membentuk crisis center pemerkosaan yang memberikan bantuan dan dukungan kepada korban melalui pelaporan, penelitian dan proses penuntutan. Crisis center pemerkosaan ini memberikan bimbingan kepada korban  pemerkosaan untuk membantu mereka menyesuaikan diri setelah menjadi korban.

Tabel 11.4. Mitos pemerkosaan dan fakta pemeriksaan
Ø Mitos
o  Wanita yang pergi ke rumah seorang laki-laki pada hari pertama menyatakan bahwa dia ingin berhubungan seksual
o  Salah satu alasan wanita tidak melaporkan pemerkosaan adalah bahwa mereka membutuhkan perhatian bagi diri mereka sendiri
o  Beberapa wanita sehat dapat menahan pemerkosa bila dia ingin melanjutkannya
o  Wanita yang pergi  tanpa bra atau memakai pakaian pendek berarti mengundang hal-hal yang tidak diinginkan

Ø Fakta
o  Seseorang yang pergi ke mana saja tidak menyatakan bahwa dia ingin melakukan sesuatu. Pemerkosa mendistorsi persepsi mereka untuk menyesuaikan dengan keyakinan mereka.
o  Sangat jarang bagi wanita yang melaporkan pemerkosaan. Melaporkan pemerkosaanya berarti pengalaman traumatik
o  Pemerkosaan adalah tindakan pelanggaran dan brutal yang  memburuk dengan perlawanan
o  Tidak ada korban yang diminta diperkosa. Pemerkosa bertangung jawab atas tindakannya

b.   Pelecehan Seksual Anak
Beberapa anak  dieksploitasi secara seksual. Di dalam sebuah survey, 27 persen wanita dan 16 persen laki-laki melaporkan mengalami pelanggaran seksual selama kanak-kanak.  Sebagian statistik menyatakan bahwa sebanyak 40 juta orang di Amerika Serikat menjadi korban seksual pada masa anak-anak. Ada berbagai tipe pelecehan seksual anak. Ketika kontak seksual dilakukan oleh anggota keluarga, pelecehan seksual itu disebut incset. Ketika ada paksaan atau ancaman paksaan, maka perlakuan seksual itu disebut pemerkosan anak. Ketika tidak ada ancaman  paksaan yang jelas, pelecehanseksual anak disebut molestasi anak. Bahkan molestasi anak itu dianggap sebagai bentuk perilaku seksual yang dipaksakan karena anak tidak memberi izindalam cara berperilaku seksual.
Anak  yang mengalami pelanggaran seksual memperlihatkan berbagai rentang emosional dan reaksi perilaku. Bila kontak seksual tidak mengancam kepada anak, seperti dalam eksplorasi seksual oleh anak yang lebih dewasa, maka akan jarang ada pengaruh psikologi untuk anak bila orang tuanya tenang menghadapi kejadian itu dengan kasih sayang dan pemahaman. Ketika pelecehan seksual itu mengganggu si anak, seperti adanya variasi dalam beberapa kasus ketika pelakunya adalah orang dewasa atau ketika ada ancaman pemaksaan, maka efek psikologi terhadap korban akan lebih serius.
Beberapa efek dari pelecehan seksual anak diyakini memiliki jangka panjang. Dalam hal ini, setelah pelecehan seksual anak maka ada kesamaan dalam kondisi seksual dalam anak yang cenderung mengalami trauma dan reaksi trauma tersendiri. Anak juga akan bertindak secara seksual untuk merespon korban, pengalaman dari gangguan personal oleh seseorang yang melangar mereka dan merasakan ada sesuatu yang tidak berdaya dan kekurangan kontrol.
Orang dewasa juga terlibat dalam pedofilia, mengalami kenikmatan seksual melalui kontak seksual dengan anak. Mereka umumnya mendapatkan kepercayaan dan menerima korbannya sebelum melibatkan diri dalam perilaku seksual. Itu berarti molester anak dan pemerkosa biasanya diketahui dan diarahkan pada korban anak. Dalam hal ini, pemerkosa adalah tetangga dan anggota keluarga yang mengetahui anak itu sebelum kejadian adalah tetangganya, anggota keluarga atau orang yang mengenal anak sebelum kejadian sampai 90 persen dari kasus. Molester anak  adalah heteroseksual laki-laki dan korban yang biasanya merupakan gadis muda. Dalam beberapa kasus, molester adalah homoseksual laki-laki atau wantia heteroseksual dan korbannya adalah anak laki-laki muda. Secara trais, banyak molester anak yang melanggar ratusan anak sebelum mereka ditangkap. Seperti orang yang memperkosa orang dewasa, laki-laki yang memperkosa atau molest anak cenderung bersifat heterogen dalam kondisi psikologinya.

2.2.6    Sexual Harassment
Sexual harrasement adalah bentuk godaan atau pelecehan seksual. Termasuk di dalamnya permintaan untuk melayani seks, menyentuh bagian yang tidak diinginkan dari kaki, payudara, atau bokong; komentar berbau seksual, dan bentuk lain dari perilaku pemaksaan seksual oleh orang lain. Bentuk-bentuk seperti tatapan yang mengerling atau kedipan dan ucapan tidak senonoh yang sering diselipkan oleh laki-laki pada saat menyapa perempuan di jalan yang membuat perempuan merasa tidak nyaman juga merupakan pelecehan seksual. Namun, meskipun kurang umum, laki-laki juga menjadi korban pelecehan seksual di perguruan tinggi dan di tempat kerja.
Salah satu komponen kunci dari pelecehan seksual adalah bahwa hal itu terjadi di antara orang dengan perbedaan tingkat kekuasaan, biasanya di sekolah atau tempat kerja. Ada hukum-hukum, peraturan dan kebijakan yang menjamin hak setiap orang untuk bersekolah dan bekerja di lingkungan yang tidak mengancam. Namun hal ini tidak sepenuhnya menjamin. Karena masih adanya ketidakseimbangan dalam kekuasaan (contoh : seorang pegawai perempuan yang digangu oleh atasannya) yang melekat dalam pelecehan seksual, tidak diragukan lagi bahwa sebagian besar kasus pelecehan seksual tidak dilaporkan kepada pihak berwenang. Setiap korban pelecehan seksual menderita dalam arti menjadi kurang nyaman di sekolah atau bekerja. Dalam beberapa kasus, pelecehan seksual dapat memicu tingkat serius dari kecemasan dan depresi.

2.3 DISFUNGSI SEKSUAL DAN KESEHATAN SEKSUAL
Disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk berhubungan intim dengan baik atau tidak nyaman dalam melakukan aktivitas seksual yang normal. Disfungsi seksual merupakan gangguan dalam setiap fase sexual response cycle. Setiap disfungsi yang berbeda menghasilkan sebab yang berbeda pula, biasanya mengganggu fisik dan psikologis. Bagaimanapun juga, kebanyakan disfungsi seksual disebabkan oleh faktor psikologis. Disfungsi seksual dibagi menurut fase respon seksual: hasrat seksual, sexual arousal, dan orgasme.

2.3.1        Dysfunctions of Sexual Desire
Di antara disfungsi seksual yang paling umum adalah yang melibatkan minat dan keinginan dalam hubungan seksual (LoPiccolo & Friedman, 1998). Hal ini penting untuk tidak mencampuradukkan keinginan seksual dengan frekuensi seksual, karena seseorang dapat memiliki hubungan seksual yang terbilang sering untuk menyenangkan pasangannya tetapi memiliki sedikit hasrat untuk interaksi seksual ini. Sebaliknya, seseorang mungkin memiliki hasrat seksual yang kuat tetapi tidak melakukan seks untuk sejumlah alasan. Hal penting selanjutnya yang harus diingat adalah setiap orang memiliki tingkat hasrat seksual yang berbeda. Dua jenis disfungsi yang melibatkan hasrat seksual:
·      Menghambat keinginan seksual: suatu kondisi dimana seseorang mempunyai keinginan seks yang jarang atau tidak sama sekali.
·      Gangguan penolakan seksual: suatu kondisi dimana seseorang ketakutan dan menghindari perilaku seksual.
Baik  pria dan wanita mengalami gangguan hasrat seksual. Ada banyak kemungkinan penyebab masalah ini, termasuk kecemasan yang ekstrem tentang keintiman seksual atau memiliki  pengalaman traumatis seksual. Dalam kasus lain, orang mungkin tidak memiliki kekurangan hasrat tetapi mungkin kurang tertarik pada pasangan seksualnya karena suatu masalah dalam hubungan.
Terapis untuk permasalahan hasrat seksual, pertama adalah memeriksa seseorang secara keseluruhan mengenai hubungan dengan pasangannya. Jika ditemukan adanya masalah dalam hubungan, terapis tersebut akan memfokuskan pada masalah kecemasan yang mungkin dialami seseorang dalam keintiman seksual. Kecemasan mungkin dapat menghalangi hasrat untuk kontak seksual dan mengganggu ketertarikan seksual. Hambatan seksual mungkin disebabkan oleh pengalaman dan karakteristik orang. Isu-isu ini diperiksa dalam konteks terapi seks, dimana orang-orang mengevaluasi kecemasan dan menggunakannya sebagai strategi untuk menguranginya.

2.3.2        Dysfunctions of Sexual Arousal
Kelainan gairah seksual terjadi ketika ada kurangnya gairah seksual - termasuk ereksi pada penis untuk laki-laki dan pelumasan vagina untuk perempuan - selama fase excitement phase pada respon seksual. Namun, perlu diketahui bahwa seseorang dikatakan memiliki gangguan gairah seksual hanya jika kegagalan untuk merespons terjadi secara konsisten, bahkan terjadi dengan tingkat yang memadai dari rangsangan seksual dan mengganggu kenikmatan seksual atau menyebabkan ketidaknyamanan.
Perempuan bisa mengalami female sexual arousal disorder, yang dicirikan oleh kurangnya lubrikasi vagina dan pengalaman subjektif yang minimal terhadap gairah seksual (American Psychiatric Association, 1994). Karena banyak wanita kadang-kadang mengalami bentuk-bentuk kesulitan ini, bila tidak membiasakan diri pada gairah seksual, kurangnya rangsangan secara terus-menerus bahkan dalam keadaan yang menguntungkan, maka hal ini dapat dianggap sebagai disfungsi seksual.
Disfungsi seksual lain yang kurang umum adalah vaginismus dan dispareunia. Vaginismus mengacu pada kontraksi sengaja dinding vagina yang membuatnya terlalu sempit untuk memungkinkan penis masuk dalam hubungan seksual. Sementara dispareuniaadalah konsdisi di mana wanita mengalami rasa sakit selama hubungan seksual. Sering kali kondisi ini disertai dengan disfungsi orgasme dan kecemasan yang berhubungan dengan seks. Namun seperti disfungsi pada laki-laki, disfungsi pada perempuan biasanya dapat dihilangkan dengan bantuan profesional.
Mirip dengan kelainan gairah seksual pada wanita, gangguan gairah seksual laki-laki secara langsung mencerminkan proses fisiologis gairah seksual dalam siklus respon seksual laki-laki. Pada pria, yang paling umum adalah gangguan gairah seksual disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi adalah sebuah kondisi dimana penis tidak dapat ereksi untuk berhubungan seksual.

2.3.3        Orgasm Dysfunction
Disfungsi orgasme mencakup gangguan tehadap climax phase dari respon seksual. Pada perempuan, disfungsi orgasme disebut sebagai inhibited female orgasm. Hal ini didefenisikan sebagai individu tidak dapat mengalami orgasme. 
Gangguan orgasme memiliki banyak sebab, termasuk kecemasan dalam berhubungan, kesulitan dalam hubungan, takut diabaikan dan depresi. Seperti, disfungsi seksual lainnya, gangguan orgasme mungkin disebabkan oleh pengalaman seksual yang traumatis.
Pada laki-laki, disfungsi orgasme yang paling umum mencakup ejakulasi sebagai hasil dari tingkat minimal rangsangan seksual, biasanya hanya setelah atau bahkan sebelum penetrasi. Ketika hal ini muncul setiap waktu dan menjadi distress, hal ini mungkin dapat dianggap sebagai disfungsi seksual yang disebut premature ejaculation. Sebaliknya, pada beberapa laki-laki, dikenal disfungsi orgasme dengan nama retarded ejaculation, yaitu kondisi di mana laki-laki jarang dapat bisa mendapatkan orgasme meskipun rangsangan seksualnya memadai, atau bahkan dapat mencapai orgasme tapi dalam periode waktu yang lama.
2.4     MASALAH KESEHATAN TERKAIT DENGAN ANATOMI SEKSUAL

2.4.1    Kanker Anatomi seksual (Cancers of Sexual Anatomy)
Perlu bagi wanita untuk menjalani pemeriksaan gynekologi untuk memeriksa adanya kemungkinan kanker leher rahim, kanker rahim dan kanker indung telur. Wanita harus secara cermat merasakan dan melihat poerubahan ukuran, bentuk, warna payudara dan puting susunya. Tanda-tanda kanker payudara termasuk pembengkakkan pada kulit, adanya benjolan serta perubahan yang tidak berbahaya -membutuhkan profesional medis untuk menentukan hal ini-. Deteksi dini dari kanker payudara menawarkan harapan terbaik untuk melawan ancaman gangguan kesehatan yang serius. Di samping melakukan pemeriksaan payudara sendiri, juga penting  bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara oleh dokter setelah usia 20 tahun. Lebih lanjut, wanita juga harus meminta dokter  ketika mereka menjalani mamogram, sinar X dosis rendah  dengan sisi akurat untuk mendeteksi kanker sebelum dapat dirasakan pada pemeriksaan daya.
Terdapat permasalahan  kesehatan terkait dengan anatomi seksual laki-laki. Laki-laki terutama lebih dari 40 tahun, harus memiliki pemeriksan regular oleh dokter termasuk pemeriksaan untuk kelainan prostata yang menunjukkan kanker prostata. Juga perlu bagi laki-laki  untuk belajar bagaimana melakukan pemeriksaan mandiri testikel mereka untuk mendeteksi tanda-tanda kanker testikular. Ini terutama penting di antara usia 16 dan 35 tahun, ketika kanker tesdtiular menjadi lebih umum. Pemeriksaan harus dilakukan sekali sebulan. Setelah itu maka scrotum rileks dan testikel tersuspensi, laki-laki harus melihat setiap testikel di antara ibu jari dan jari tengah,  merasakan dengan cermat untuk adanya benjolan atau pengerasan yang tidak biasa. Testikel ini adalah lebih halus ketika mereka sehat, sehinga benjolan atau identitasi merupakan tanda yang dimungkinkan dari pertumbuhan kanker. Tetapi membutuhkan profesional medis untuk membedakan bonjolan yang berbahaya dari bentuk yang tidak membahayakan. Bila terdeteksi lebih awal, kanker testicular memiliki nilai perawatan yang tinggi. Ketika tidak terdeteksi, kanker testicular adalah di antara bentuk kanker yang sudah mati.

2.4.2    Penyakit Menular Seksual (Sexually Transmitted Diseases)
Penyakit  yang disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme melalui kontak seksual disebut sebagai penyakit venereal tetapi dewasa ini dirujuk pada penyakit yang tertular secara seksual (STD).   Kejadian epidemik STD tidak terhitung jumlahnya  dengan orang yang biasa. Sebagian mudah ditangani  dan diobati bilka terdeteksi lebih dini, sementara yang lain tidak dapat ditangani dan bahkan sampai menyebabkan kematian. Bila tidak ditangani  maka semua STD dapat menimbulkan penyakit kronis dan kemandulan serta memiliki ancaman serius terhadap wanita hamil dan keturunannya.

a.         Syphilis
Syphilis disebabkan oleh bakteri bernentuk spiral, corkscrew, disebut aspirochete. Perkembangan syphilis melalui serangkaian tahapan dari infeksi. Tahap pertama dirujuk sebagai Syphilis  yang memiliki setidaknya dua minggu untuk sebulan setelah infeksi. Gejala awal dari infeksi syphilis umumnya meliputi berbagai tampilan yang tidak memperlihatkan rasa sakit ketika spiroshete masuk ke dalam tubuh, seringkali melalui bagian penis atau vagina. Ini disebut chancre dan pertama kali terlihat sebagai benjolan tetapi lama kelamaan akan terbuka dan terinfeksi. Chancre ini akan berlaku tetapi orang masih menderita syphilis yang masuk ke dalam tahapan kedua. Syphilis sekunder ditandai oleh ruam pada kulit dan berkembang di berbagai bsagian tubuh (termasuk telapak tangan dan telapak kaki) dan juga disertai oleh gejala umum seperti penyakit demam, sakit kepala, mual, pembengkakkan kelenjar, kerongkongan parau, kerontokan rambut dan hilangnya selera makan. Selama tahap primer dan sekunder, syphilis dapat dirawat dalam beberapa kasus dengan antibiotik. Bila tidak ditangani, syphilis ini berkembang ke dalam tahap tersier yang kemudian melibatkan sejumlah komplikasi kesehatan yang serius. Spsirochete dapat menyerang jaringan jantung, otak, syaraf punggung, sendi dan sejumlah sistem organ lain dan dapat menyebabkan kematian.
b.      Gonorrhea
Seperti syphilis, gonorrhea adalah infeksi bakteri. Infeksi gonorrhea ini adalah berbeda dari syphilis. Pada laki-laki, gejala awal gonorrhea adalah adanya cairan nanah dari penis dan rasa sakit seperti luka bakar serta gatal-gatal selama buang air kecil. Gejala ini biasanya terjadi dalam minggu pertama setelah infeksi. Pada wanita, gejala awal infeksi gonorrhea adalah  adanya cairan berwarna kuning kehijauan dari vagina. Wanita juga mengalami rasa gatal di vagina ketika terinfeksi gonorrhea, tetapi wanita yang terinfeksi tidak mendeteksi infeksi dini dalam persetubuhan. Pada  laki-laki dan wanita, gonorrhe yang tidak ditangani dapat menimbulkan sejumlah ancaman kesehatan yang serius termasuk infeksi pada kantong kemih, ginjal, jantung dan otak. Namun, ketika terdeteksi, gonorrhea ini biasanya mudah diobati dengan antibiotik. Dalam tahun-tahun terakhir,  strain gonorrhea dan syphilis sangat sulit untuk menangani antibiotik yang menjadi lebih umum khususnya di antara minoritas etnis dan juga  kemiskinan di kota besar.

c.       Chlamydia
Chlamydia disebabkan oleh organisme kecil yang menyerang tipe yang berbeda dari sel pada tubuh. Gejala chlamydia sulit didefinisikan. Seringkali, tidak ada tanda-tanda infeksi setelah periode waktu yang cukup lama. Laki-laki  dapat mengalami sensasi seperti luka bakar selama buang air kecil dan juga mengalami keluarnya cairan nanah dari penis. Chlamydia juga  bergerak ke dalam testis dan menyebabkan kemandulan. Pada wanita, gejala ini termasuk rasa seperti luka bakar dan gatal-gatal pada vagina dan sensasi rasa luka bakar ketika buang air kecil. Infeksi yang tidak ditangani pada wanita berkembang ke saluran fallopi menyebabkan kemandulan dan berkembang menjadi penyakit radang panggul, dan mengakibatkan demam atau penyakit serius. Bila terdeteksi, chalmydia ditangani dengan antibiotik dan biasanya dapat dirawat. Chlamydia dapat kambuh.



d.      Pubic lice
STD ini disebut juga kurap atau kudis yang disebabkan oleh organisme parasit kecil yang  berada pada poppy seed; ini menggigit kulit dan memakan darah, menyebabkan kulit terasa gatal. Berbagai shampo medis dan aplikasi lain dapat menghilangkan public lice ketika digunakan secara langsung.

e.       Genital Herpes
Disebabkan oleh herpes simpleks virus, herpes genital dapat ditangani, tetapi tidak dapat diobati. Sama halnya dengan herpes simpleks tipe 1, gejala herpes genital ini kecil, ada luka yang menyakitkan dan terlihat pada bagian genital. Luka ini adalah blister kecil yasng terbuka dan mengeluarkan cairan. Bila luka herpes ini menular dari satu tempat ke tempat lain yang kontak dengannya.  Juga perlu bagi orang yang terinfeksi untuk menghindari sentuhan luka herpes atau mencuci seluruhnya setelah itu. Terpapar virus herpes pada mata dapat menimbulkan bahaya  kerusakan pada kornea mata. Pada sebagian besar kasus,  luka ini kambuh setelah beberapa waktu karena virus lebih dorman di dalam tubuh. Meskipun herpes tidak dapat diobati,  namun dapat ditangani dengan obat antivirus yang memperlambat perkembangannya dan membantu mengalami terjadinya kondisi yang lebih parah lagi.

f.       Kutil genital
Penyakit ini disebabkan oleh virus human papilloma, kutil genital tidak terlihat hingga beberapa bulan setelah infeksi. Kutil ini biasanya berukuran kecil, dengan bongkahan yang  keras, tetapi tentu akan memiliki variasi dalam warna, ukuran dan tekstur yang terlihat pada penis, vulva atau anal, atau di dalam urethra itu sendiri. Kutil genital ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak berbahaya, tetapi tentu akan dikaitkan dengan perkembangan kondisi yang cukup serius seperti kanker cervical. Pengobatan kutil genital ini adalah dengan pengangkatan melalui pembekuan, bedah lokal atau metode lain.

g.      AIDS
AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIVB) dan merupakan STD yang fatal. HIV dapat ditularkan melalui darah, air mani, asi, dan cairan vagina. Secara seksual HIV pertama kali ditularkan dari manusia ke manusia melalui vaginal atau hubungan anal dan oral seks. HIV akan merusak sel darah yang disebut sel T-Helper, yang bertanggung jawab untuk respon kekebalan tubuh terhadap zat infeksi. Jumlah sel T-helpernya  berkurang, mengakibatkan tubuh peka terhadap berbagai infeksi, berupa pneumonia atau kanker dan tidak dapat pulih dari keadaan itu. Setelah orang mengalami satu dari bebrapa penyakit infeksi spesifik atau ketika jumlah sel T-Helper spesifik telah habis, maka orang terdiagnosa dengan AIDS. Tidak mungkin untuk memberitahukan bila seseorang terinfeksi dengan HIV dengan melihatnya saja. Hanya test definitif untuk HIV berupa tes darah yang dapat memperlihatkannya.
Secara keseluruhan, laki-laki  lebih mudah terinfeksi HIV dibandingkan dengan perempuan. Cara ifneksi yang lebih umum berbeda antara laki-laki dan perempuan. Perempuan  dapat terinfeksi AIDS dengan seks heteroseksual (vaginal, oral dan anal) dengan laki-laki yang sudah terinfeksi atau dengan berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi ketika menginjeksi obat. Sebaliknya, laki-laki lebih sering terinfeksi HIV melalui seks (oral dan anal) dengan laki-laki lain atau dengan penggunaan jarum yang sama. Laki-laki dan wanita juga terinfeksi dari transfusi darah dan pencangkokkan jaringan, tetapi metode screening jauh lebih baik untuk mengurangi resiko.









2.5  Studi Kasus
Masalah :
Jenna Talackova mengikuti kontes kecantikan di Kanada. Namun kemudian ia didiskualifikasi panitia dan tak bisa melanjutkan ke malam final yang akan digelar di Toronto bulan Mei 2012. Awalnya ia terpilih bersama 64 wanita lainnya untuk berkompetisi. Menurut The Daily Mail, Direktur Miss Universe Kanada Denis Davila menyatakan bahwa Jenna didiskualifikasi karena setiap kontestan harus terlahir sebagai wanita. Padahal, menurutnya, meski terlahir dengan fisik laki-laki, ia sudah merasa bahwa dirinya perempuan sejak umur 4 tahun. Jenna mulai menjalani terapi hormon di usia 14 dan operasi ganti kelamin di usia 19.
Apa yang dialami oleh Jenna sehingga ia melakukan operasi kelamin ?
Pembahasan :
Yang menjadi perhatian di sini adalah keadaan biologis Jenna yang sejak lahir diketahui sebagai laki-laki. Tapi kemudian sekarang ia menjadi wanita cantik. Ada apa sebenarnya ? Menurut pembahasan di atas tentang abnormalitas, Jenna adalah salah satu orangnya. Jenna adalah penderita transeksual. Transeksual mengacu kepada kondisi dimana seseorang merasa terperangkap dalam tubuh seks yang  salah. Kasus di atas secara tidak langsung menceritakan bahwa Jenna Talackova adalah seorang pria yang sejak kecil sudah merasa dirinya adalah perempuan, namun terjebak di fisik seorang laki-laki.
Masih menurut pembahasan sebelumnya, penderita transeksual ini akan nyaman dan memilih menjadi sosok yang nyaman baginya, dalam hal ini menjadi perempuan, berdandan dan sebagainya seperti perempuan. Namun perilaku ini tidak berkaitan dengan gairah seksual seperti halnya tranvetism. Namun dampak ekstrim yang mungkin timbul adalah seseorang yang menderita transeksual bisa saja melakukan operasi untuk mengganti kelaminnya, disertai beberapa terapi hormon yang nantinya bisa membuat mereka sangat menyerupai lawan jenisnya. Hal inilah yang terjadi pada Jenna.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulakn bahwa seksualitas seorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek dalam kehidupan baik itu aspek biologis maupun psikologis. Selain itu, ternyata terdapat beberapa jenis perilaku seksual abnormal, disfungsi dan kesehatan seksual, serta gangguan-gangguan (penyakit) yang berhubungan dengan anatomi seksual yang semuanya penting untuk diketahui dan dipelajari sebagai cabang dari ilmu psikologi.

3.2  Saran

Sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi, pembahasan tentang seksualitas ini memang sebaiknya dipelajari dengan anggapan pengetahuan tentang dunia seksualitas ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Pembahasan menegenai seksualitas ini diharapkan tidak  lagi menjadi hal yang tabu untuk diperbincangkan, tetapi dapat menjadi sarana untuk menambah ilmu penegtahuan dan mencegah terjadinya hal-hal negatif yang berhubungan dengan seksualitas. Sebagai mahasiswa yang mendalami ilmu Psikologi, sudah seharusnya kita memahami tentang dunia seksualitas sebagai bagian dari ilmu penting dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

King, L.A. 2010. Psikologi Umum: sebuah pandangan apresiatif (buku 2). Jakarta: Salemba humanika
Lahey, B.B. 2004. Psychology: An Introduction. (Ninth Edition). New York: McGraw-Hill

0 komentar:

Posting Komentar