RSS
Write some words about you and your blog here

Pages

MENGAPA KITA TERMOTIVASI ?


        "Mengapa dia sanggup melakukan itu ?", "Hebat sekali dia, bagaimana caranya ?", "Mengapa dia memutuskan untuk mengejar itu ?". Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali muncul ketika kita melihat orang lain mau dan mampu melakukan sesuatu yang dianggap hebat atau bahkan mustahil. Kendati demikian, selalu saja ada banyak hal-hal hebat yang dapat dilakukan oleh manusia. Mengapa bisa demikian ? Apa yang menjadi alasan bagi setiap orang untuk berperilaku dan meraih sesuatu bahkan di saat orang lain menganggap hal itu tidak mungkin ? Jawabannya adalah "Motivasi".

         Bayangkan lomba balap sepeda terkenal, Tour de France yang berlangsung selama 3 minggu untuk menempuh jarak 2.000 mil. Balapan ini tidak hanya menguji daya tahan pribadi, tetapi juga menguji motivasi manusia dalam dunia olahraga. Pembalap asal Amerika Serikat, Lance Amstrong, telah memenangkan balapan sepeda Tour de France sebanyak tujuh kali, dari tahun 1999 hingga tahun 2005. Pencapaian ini begitu luar biasa karena Amstrong didiagnosis mengidap kanker testis pada tahun 1996. Kembali mengayuh sepedanya sesudah menjalani kemoterapi bukanlah hal yang mudah. Pada tahun 1998, pada balapan pertamanya sesudah menjalani kemoterapi, Amstrong menepi dan berhenti di tengah lomba. Ia kemudian mengatakan, "Saya memiliki emosi yang sama ketika saya sakit ataupun ketika saya menjadi atlet yang kompetitif. Awalnya saya merasa marah, lalu kemudian saya merasa termotivasi dan terdorong untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Ketika saya tahu bahwa saya sudah lebih baik, saya tahu bahwa saya memenangkan "sesuatu"." 
          Apa yang sebenarnya terjadi ? Amstrong menyadari bahwa ia perlu untuk memusatkan perhatian pada alasan-alasan mengapa ia menyukai balap sepeda. Dengan sudut pandang baru ini, ia mencoba lagi, dan kali ini dengan dendam untuk menunjukkan bahwa ia bisa. 
          
           Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku, berpikir dan merasa seperti yang mereka lakukan. Motivasi juga berarti suatu proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. 


         Nah dari segi kognitif, ternyata ada dua sisi yang menjadi sumber lahirnya motivasi. Yaitu dari luar (ekstrinsik) dan dari dalam (intrinsik).  Berikut pembahasannya :

1.  Motivasi Ekstrinsik
     Motivasi ekstrinsik mendorong kita melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik ini biasanya dipengaruhi oleh insentif (kejadian atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi) eksternal seperti imbalan dan hukuman.
     Contoh : Seorang siswa belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.

2.  Motivasi Intrinsik
     Motivasi intrinsik ini adalah motivasi yang lahir dari dalam diri kita (internal) untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Contoh : Seorang siswa mempelajari suatu pelajaran (bahkan tanpa menunggu waktu menghadapi ujian) karena dia memang senang pada mata pelajaran tersebut.

        Terlihat jelas perbedaan antara motivasi ekstrinsik dengan motivasi intrinsik. Keduanya sama-sama memiliki kekuatan dan menjadi alasan kuat bagi seseorang untuk merasa termotivasi dalam mencapai sesuatu. Namun, adakah yang lebih baik di antara keduanya ? Apakah motivasi ekstrinsik lebih baik daripada motivasi intrinsik ? Atau sebaliknya ?
            Ternyata, walaupun keduanya sama-sama merupakan sumber motivasi, motivasi intrinsik dinilai lebih "tahan lama" dalam mengontrol keberadaan semangat dalam diri kita. Secara logika, jika kita mengerjakan sesuatu untuk meraih sesuatu lainnya, maka motivasi itu juga akan hilang segera setelah kita memperoleh sesuatu yang lain itu. Berbeda dengan motivasi intrinsik yang lahir secara tulus dari dalam hati. Dengan motivasi intrinsik, kita akan berusaha dengan sabar dan ikhlas, dan yang terpenting, dengan senang hati tanpa mengaharapkan imbalan. Seperti contoh Amstrong di atas, ia kembali mendapatkan motivasinya setelah ia fokus pada alasan awal ia mengikut balap sepeda itu. Yaitu karena ia memang menyukai balap sepeda. Mengerjakan apa yang memang kita sukai seharusnya memang dilakukan dengan hati. Dan saat rintangan menghalangi pencapaian kita dalam hal tersebut, ingatlah bahwa kita menyyukainya dengan hati, bukan semata-mata karena ambisi. Dengan demikian, kita dapat "memanggil" motivasi awal kita untuk terus berada bersama kita... ^,^


Daftar Pustaka :

King, Laura A. 2010. PSIKOLOGI UMUM Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 2. Jakarta :
         Salemba Humanika
Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta : Kencana

0 komentar:

Posting Komentar